Laporan Ekologi Umum - Alelopati

alelopati
sumber: kereta-sains.blogspot.com



Abstrak

Praktikum yang berjudul, “Alelopati” bertujuan untuk mempelajari Species gulma yang diketahui mengeluarkan senyawa – senyawa beracun seperti alang – alang (Imperata cilyndrica ), teki ( Cyperus rotundus), Agropron intermedium, Salvia lenchophyella, dan lainnya. Persaingan yang timbul akibat dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan alin disebut allelopathy.Praktikum ini di lakukan di laboratorium Pmipa universitas jambi pada tanggal 26 novemver 2012.


Kata kunci/ Keyword: Ecology, Ekologi umum, Alelopati, Laporan alelopati



PENDAHULUAN

Molish (1937) yang pertama kali memberi batasan alelopati. Rice (1984) juga menggunakan istilah yang sama untuk semua jenis interaksi biokimia, termasuk antara tumbuhan tinggi dan mikroorganisme. Akan tetapi Muller (1920) salah seorang pionir dalam alelopati, lebih membatasi penggunaan istilah alelopati khusus untuk interaksi antar tumbuhan tinggi saja.

Species gulma yang diketahui mengeluarkan senyawa – senyawa beracun adalah alang – alang (Imperata cilyndrica), teki (Cyperus rotundus), Agropron intermedium, Salvia lenchophyella, dan lainnya. Persaingan yang timbul akibat dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan alin disebut allelopathy. Interaksi biokoimia antara gulma dan pertanaman antara lain menyebabkan gangguan perkecambahan biji, kecambah jadi abnornal, pertumbuhan memanjang akar terhambat, perubahan susunan sel – sel akar dan lain sebagainya, (Sukman dan Yakup, 1995).

Zat alelopatik dalam interaksi antar tumbuhan tinggi ini ditunjukkan dengan peristiwa tidak dapat tumbuhnya tumbuhan lain disekitar pohon walnut (Juglans nigra). Pengamatan menunjukkan bahwa tomat, pinus atau gandum tidak dapat tumbuh disekitar pohon walnut. Ternyata kemudian bahwa toksin yang berfungsi sebagai zat alelopati bukanlah dari eksudat akar walnut, melainkan dari daun dan tangkai serta ranting-ranting yang gugur ke tanah membawa toksisn. Toksin ini adalah 4-Glukosida dari 1,4,5-Trihidroksi naftalena yang terhidrolisis menjadi naftakuinon yang disebut yugion, yang larut dalam air.

Sejumlah zat alelopati telah diidentifikasi, seperti lignan asam norhidroguaiaretat yang terdapat dalam kreosot, larnea tridenta, kadarnya 5-10% yang dapat menghambat pertumbuhan semak disekitarnya. Senyawa sulfur α tersienil dan poliasetiana fenil heptratryn yang dihasilkan oleh sejumlah tumbuhan composiate, adalah zat-zat yang sifat alelopatinya sangat dipengaruhi oleh sinar matahari, sehingga makin jauh kedalam tanah aktifitasnya makin kecil. Tetapi hasil ekstraksi tanah disekeliling akar tagetes yang menghasilkan α , tersienil hanya ditemukan kadar 0,4 ppm, walau demikian sudah cukup untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan disekitarnya.
Partein Asam nordihidrogualaretat (Suku compositae) Fenil heptriyin α –Tersienil (Suku compositae) (suku compositae) (Wiryowidgjo,2000:204).

Daun merupakan tempat terbesar bagi substansi beracun yang dapat mengganggu tumbuhan tetangganya. Jenis substansi beracun ini meliputi gugusan asam organik, gula, asam amino, pekat, asam gibberelat, terpenoid, alkaloid, dan fenolat (Sukman dan Yakup 1995).
Alelopati kebanyakan berada dalam jaringan tanaman, seperti daun, akar,aroma, bunga, buah maupun biji, dan dikeluarkan dengan cara residu tanaman. Beberapa contoh zat kimia yang dapat bertindak sebagai ealelopati adalah gas-gas beracun. Yaitu Sianogenesis merupakan suatu reaksi hidrolisis yang membebaskan gugusan HCN, amonia, Ally-lisothio cyanat dan β-fenil isitio sianat sejenis gas diuapkan dari minyak yang berasal dari familia Crusiferae dapat menghambat perkecambahan. Selain gas, asam organik, aldehida, asam aromatik, lakton tak jenuh seserhana, fumarin, kinon,flavanioda, tanin, alkaloida ,terpenoida dan streroida juga dapat mengeluarkan zat alelopati. (Moenadir,1998:73-88)
Sejumlah peneliti melaporkan bukti untuk zat kimia mengendalikan distribusi tumbuhan, asisiasi antar species, dan jalannya suksesi tumbuhan. Muller (1966) telah meneliti hubungan spatial antara Salvia leucophyla dan rumput annual. Rumpun saliva yang hidup pada padang rumbut ternyata dibawah rumpun dan disekeliling rumpun semak tersebut terjadi zona gundul (1-2 meter) tak ada tumbuhan rumput dan herba lain. Bahkan 6-10 m dari kanopi semak tumbuhan lain menjadi kerdil. Bentuk kerdil ini tidak disebabkan karena kompetisis untuk air, karena kar semak tidak menyusup jauh ke daerah rumput. Faktor tanah nampak tidak bertanggung jawab untuk asosiasi nehgatif, karena faktor khemis dan fisis tanah tidak berubah pada zona gundul tersebut.

Muller menemukan bahwa salvia mengeluarkan minyak volatile dari daun dan kandungan cinoile dan canphor bersifat toksik terhadap perkecambahan dan pertumbuhan annual disekeliling. (Syamsurizal,1993:89).



Tujuan

Mempelajari pengaruh alelopati/jenis tumbuhan terhadap perkecambahan tanaman palawija.

BAHAN DAN METODE

Pada praktikum kali ini menggunakan alat dan bahan antara lain biji kacang ijo, biji jagung, aqua gelas bekas,tissue,dan ekstrak filtrasi daun Imerrata cilindrica serta ektrak filtrasi daun Acassia mangium.

Sedangkan pada prosedur kerja, kami membuat filtrasi daun Alang-alang dan akasia terlebih dahulu ,kemudian meletakkan biji jagung dan kacang ijo pada potongan akua gellas (yang di buat seperti cawan petri) sebanyak sembillan petri ,setelah itu disiramkan 5 ml ekstrak allelopati kedalam cawan petri yang telah ada biji kacang ijo dan jangung, (masing masing tiap kelompok memiliko kombinasi dengan salah satu konsentrasi 1 :7 atau 1:14 atau 1:21, tiap kelompok memiliki tiga perlakuan masing-masing memiliki tiga ulangan). Kemudian perkecambahan biji tersebut di amati selama satu minggu dan di tentukan persen kecambah dan ukuran panjang kecambah.




HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakuakan dapat di lihat bahwa, tumbuhan palawija yang disirami oleh allelopati berkosentrasi tinggi, tumbuh dengan sangat tidak sempurna, baik morfologi daunnya yang dipenuhi oleh bercak coklat dan putih, tinggi tanaman yang tidak sebanding dengan tanaman perlakuan lain. Hal ini dikarenakan kepekatan zat racun yang diberikan sangat tinggi hingga mengganggu pertumbuhan dan sistem metabolisme tumbuhan palawija yang ditanam.

Pada pengamatan selama seminggu kami melihat penekanan pertumbuhan dan perkembangan karena ekstrak alang-alang dan akasia ditandai dengan penurunan tinggi tanaman, penurunan panjang akar, perubahan warna daun ( Dari hijau normal menjadi kekuning-kuningan) serta bengkaknya akar. Pertumbuhan rambut akar juga terganggu, dengan melihat fenomena ini maka allelokimia yang berasal dari ekstrak Imperata cylindrica dan Acasia mangium mungkin bekerja mengganggu proses fotosintesis maupun proses pembelahan sel.

Menurut Setyowati (2001) Respon yang akan terjadi karna pemberian allelopati adalah panjang tajuk dan akar yang terhambat yang dapat disebut sebagai herbisida pra tumbuh namun hal ini tergantung juga pada formulasi ekstraksi allelopati yang diberikan. Adapun warna daun yang berubah merupakan salah satu ciri dari gejala klorosis pada tanaman palawija akibat dari aplikasi ekstrak allelopeti.

Irwan (2009) yang menyatakan Senyawa alelopati berpengaruh terhadap beberapa hal yaitu: Penyerapan hara, menghambat pembelahan sel, menghambat pertumbuhan, menghambat aktivitas fotosintesis, mempengaruhi respirasi, mempengaruhi sintesis protein, mempengaruhi ketegangan membrane, menghambat aktivitas enzim, mempengaruhi suksesi, menghambat fiksasi Nitrogen dan Nitrifikasi, menghambat pola penyebaran tumbuhan, menghambat pembusukan biji dan perkecambahan.

Menurut literatur yang ada, bahwa praktikum yang telah dilakukan berjalan dengan baik , dimana alelopati sangat mempengaruhi pertumbuhan kecambah dikarenakan alelopati yang kebanyakan berada dalam jaringan tanaman seperti ( daun, akar,aroma, bunga, buah maupun biji ) dan dikeluarkan dengan cara residu tanaman. Beberapa contoh zat kimia yang dapat bertindak sebagai alelopati adalah gas-gas beracun.

Untuk memperjelas bahwa allelopati merupakan bahan racun bagi tumbuhan lain dapat di baca bahwa beberapa peneliti melaporkan hal yang sama Antara lain sbb :

Steinsiek (1982) dan Shettel dan Balke (1983) mengemukakan bahwa perkembangan tumbuhan tergantung pada konsentrasi ekstrak, sumber ekstrak, temperatur ruangan, dan jenis tumbuhan yang dievaluasi serta saat aplikasi.
Alelopati adalah interaksi biokimia antara mikroorganisme atau tanaman baik yang bersifat positif maupun negatif. Beberapa gulma terbukti bersifat ellelopati adalah Imperata cylindrica dan Acasia mangium, gulma tersebut diketahui sangat kompetitif dengan tanaman lain yang mengakibatkan turunnya produksi tanaman.
Ekstrak umbi Imperata cylindrica dan daun Acasia mangium terbukti mampu menghambat perkecambahan dan pertumbuhan kecambah,rendaman ekstrak daun Acasia mangium ataupun umbi akar dari Imperata cylindrica dapat menghambat perkembangan banih kacang-kacangan,centel dan mustard, dan ekstrak ini juga dilaporkan dapat menghambat perpanjangan akar.

KESIMPULAN

Setelah di lakukan pengamatan dan di bahas dalam laporan ini,maka dapat di tarik kesimpulan bahwa Species gulma yang dapat mengeluarkan senyawa – senyawa beracun adalah alang – alang (Imperata cilyndrica ), teki ( Cyperus rotundus), Agropron intermedium, Salvia lenchophyella, Sedangkan untuk pengamatan pada perkembangan tumbuhan yang di beri allelopati tergantung pada konsentrasi ekstrak, sumber ekstrak, temperatur ruangan, dan jenis tumbuhan yang dievaluasi serta saat aplikasi.






DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka lihat DISINI




NB: Anda akan diarahkan ke adf.ly. Cukup tunggu hingga 5 detik. kali Klik SKIP AD.

Terimakasih......
Previous
Next Post »