sumber: farizmrzk.wordpress.com |
Abstrak
Praktikum yang berjudul, “Biologi Kontrol” Pengendalian hayati terhadap patogen memiliki suatu pengertian, yaitu penghancuran sebagian atau seluruh populasi patogen yang dilakukan oleh organisme lain. Mikroorganisme antagonis mungkin terdiri atas strain avirulen patogen yang sama, yang merusak atau menghambat perkembangan patogen tersebut. Beberapa tahun belakangan ini, manusia telah mencoba memanfaatkan agen biologi alami tersebut dan mengembangkan strategi pengendalian hayati yang saat ini dapat digunakan secara efektif untuk mengatasi beberapa jenis penyakit tumbuhan. Praktikum ini di lakukan di laboratorium Pmipa universitas jambi pada tanggal 26 novemver 2012.
Kata kunci : Biologi kontrol, Laporan, Pengendalian hayati.
PENDAHULUAN
Pengendalian hayati terhadap patogen memiliki suatu pengertian, yaitu penghancuran sebagian atau seluruh populasi patogen yang dilakukan oleh organisme lain. Mikroorganisme antagonis mungkin terdiri atas strain avirulen patogen yang sama, yang merusak atau menghambat perkembangan patogen tersebut. Beberapa tahun belakangan ini, manusia telah mencoba memanfaatkan agen biologi alami tersebut dan mengembangkan strategi pengendalian hayati yang saat ini dapat digunakan secara efektif untuk mengatasi beberapa jenis penyakit tumbuhan (Agrios, 2005).
Pengendalian hayati akhir-akhir ini juga banyak mendapat perhatian dunia dan sering kali dibicarakan di dalam seminar atau kongres, serta ditulis dalam naskah jurnal atau pustaka, khususnya yang berkaitan dengan penyakit tanaman. Pengendalian penyakit tanaman dengan menggunakan agens pengendali hayati muncul karena kekhawatiran masyarakat dunia akibat penggunaan pestisida kimia sintetis. Adanya kekhawatiran tersebut membuat pengendalian hayati menjadi salah satu pilihan cara mengendalikan patogen tanaman yang harus dipertimbangkan (Soesanto, 2008).
APH dalam pengendalian OPT mempunyai beberapa keunggulan antara lain 1) tidak berdampak negatif terhadap lingkungan, 2) tidak memusnahkan musuh alami bagi OPT tertentu, 3) mencegah timbulnya ledakan OPT sekunder, 4) produk bebas residu pestisida sehingga mutu akan lebih baik, 5) tidak mengganggu kesehatan manusia, 6) terdapat disekitar areal pertanaman sehingga mencegah ketergantungan petani terhadap pestisida sintetis, dan 7) dapat menurunkan biaya produksi, karena aplikasi dapat dilakukan sekali dalam 1 musim tanam (Margiono, 2002 dalam Tombe, 2002).
Pengendalian hayati termasuk dalam komponen Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu (PHPT) yang salah satunya dapat dilakukan dengan memanfaatkan bakteri antagonis. Berbagai penelitian tentang bakteri antagonis membuktikan bahwa beberapa jenis bakteri potensial digunakan sebagai agens hayati. Bakteri antagonis tersebut selain dapat menghasilkan antibiotik dan siderofor, juga dapat berperan sebagai kompetitor terhadap unsur hara bagi patogen tanaman. Pemanfaatan bakteri antagonis dimasa depan akan menjadi salah satu pilihan bijak dalam usaha meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian hayati untuk menunjang budidaya pertanian berkelanjutan (Hasanuddin, 2003).
Agens pengendali hayati secara umum memiliki mekanisme penghambatan terhadap patogen melalui antibiotik yang dihasilkannya, kompetisi terhadap nutrisi, atau parasitisme langsung terhadap patogen. APH tidak memberi peluang pada patogen untuk mencapai populasi yang cukup tinggi hingga dapat menyebabkan tingkat keparahan penyakit yang tinggi (Agrios, 2005).
Mikroorganisme baru yang diintroduksi ke tanah (lahan), terkadang tidak dapat berkompetisi dengan mikroflora yang telah ada sebelumnya serta tidak dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Keberhasilan pengendalian hayati akan memberikan pengaruh yang baik dengan pembuatan formula dari antagonis. Salah satu cara untuk meningkatkan daya guna dari antagonis yaitu dengan memanipulasi unsur hara dalam memproduksi formula mikroba. Formula yang akan digunakan harus tersusun oleh bahan yang sesuai, terutama fungsinya terhadap APH (Kolopaking, 2008).
Orang lebih banyak mengenal tanaman ini tumbuhan pengganggu (gulma) di perairan karena pertumbuhannya yang sangat cepat. Awalnya didatangkan ke Indonesia pada tahun 1894 dari Brazil untuk koleksi Kebun Raya Bogor. Ternyata dengan cepat menyebar ke beberapa perairan di Pulau Jawa. Manfaatnya yaitu sebagai biofilter cemaran logam berat, sebagai bahan kerajinan, dan campuran pakan ternak. Eceng gondok hidup mengapung bebas bila airnya cukup dalam tetapi berakar di dasar kolam atau rawa jika airnya dangkal. Tingginya sekitar 0,4-0,8meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan Pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut. Eceng gondok dapat hidup mengapung bebas di atas permukaan air dan berakar di dasar kolam atau rawa jika airnya dangkal. Kemampuan tanaman inilah yang banyak di gunakan untuk mengolah air buangan, karena dengan aktivitas tanaman ini mampu mengolah air buangan domestic dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Eceng gondok dapat menurunkan kadar BOD, partikel suspensi secara biokimiawi (berlangsung agak lambat) dan mampu menyerap logam-logam berat seperti Cr, Pb, Hg, Cd, Cu, Fe, Mn, Zn dengan baik, kemampuan menyerap logam persatuan berat kering eceng gondok lebih tinggi pada umur muda dari pada umur tua (Widianto dan Suselo, 1977).
TUJUAN
Mempelajari pengendalian hayati terhadap tubuhan Eichorrnia sp terhadap beserta dampak nya terhadap lingkungan.
BAHAN DAN METODE
Alat dan bahan pada praktikum ini adalah Eceng gondok, serangga yang ada di eceng gondok, wadah plastik ,air, dan loupe.
Prosedur kerja pertama di ambil tumbuhan eceng gondok lengkap seluruh bagian akar, batang dan daun. Diambil dengan jumlah daun yang sama. Kemudian di masukkan kedalam wadah plastik, di beri tanda sesuai dengan perlakuan dan ulangan yang telah di tentukan. Lalu diamkan eceng gondok dalam wadah selama dua hari lalu diamati keadaan daun tersebut, dan hitunglah persentase kerusakkan daun tersebut.
Pembahasan
Menurut (Soerjani, 1975). Tumbuhan eceng gondok mempunyai daya regenerasi yang cepat karena potongan-potongan vegetatifnya yang terbawa arus akan terus berkembang menjadi eceng gondok dewasa. Eceng gondok sangat peka terhadap keadaan yang unsur haranya didalam air kurang mencukupi, tetapi responnya terhadap kadar unsur hara yang tinggi juga besar. Proses regenerasi yang cepat dan toleransinya terhadap lingkungan yang cukup besar, menyebabkan eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai pengendali pencemaran lingkungan.
Menurut Fitter dan Hay (1991), terdapat dua cara penyerapan ion ke dalam akar tanaman:
1. Aliran massa, ion dalam air bergerak menuju akar gradient potensial yang disebabkan oleh transpirasi.
2. Difusi, gradient konsentrasi dihasilkan oleh pengambilan ion pada permukaan akar.
Dalam pengambilan ada dua hal penting, yaitu pertama , energi metabolik yang diperlukan dalam penyerapan unsur hara sehingga apabila respirasi akan dibatasi maka pengambilan unsur hara sebenarnya sedikit. Dan kedua, proses pengambilan bersifat selektif, tanaman mempunyai kemampuan menyeleksi penyerapan ion tertentu pada kondisi lingkungan yang luas. (Foth, 1991).
Pengendalian biologis berpotensi dapat memiliki efek positif dan negatif terhadap keanekaragaman hayati. Masalah yang paling umum dengan kontrol biologis terjadi melalui predasi, parasitisme, patogenisitas, persaingan, atau serangan lain pada spesies non-sasaran. Seringkali agen pengendali hayati diimpor ke suatu daerah untuk mengurangi keunggulan kompetitif dari suatu spesies eksotik yang sebelumnya menyerang atau telah diperkenalkan di sana, sehingga Tujuannya adalah untuk melindungi spesies asli yang ada dan ekologi. Namun kontrol yang diperkenalkan tidak selalu menargetkan hanya spesies yang dimaksudkan, tetapi juga dapat menargetkan spesies asli Di Hawaii selama tahun 1940-an tawon parasit diperkenalkan untuk mengendalikan hama Lepidoptera dan tawon masih ditemukan di sana hari ini.. Ini mungkin memiliki dampak negatif pada ekosistem asli, bagaimanapun, host jangkauan dan dampak perlu dipelajari sebelum menyatakan dampaknya terhadap lingkungan
KESIMPULAN
Kesimpulan yang di dapat dari praktikum ini adalah Pengendalian biologis berpotensi dapat memiliki efek positif dan negatif terhadap keanekaragaman hayati. Masalah yang paling umum dengan kontrol biologis terjadi melalui predasi, parasitisme, patogenisitas, persaingan, atau serangan lain pada spesies non-sasaran. Hama dapat dikendalikan oleh agen kontrol biologis yang tidak memangsa langsung pada mereka. Misalnya semak Australia terbang, Musca vetustissima, merupakan hama pengganggu utama di Australia, tetapi pengurai asli ditemukan di Australia tidak disesuaikan dengan memakan kotoran sapi, yang mana semak lalat berkembang biak.
DAFTAR PUSTAKA
Klik DISINI untuk melihat Daftar Pustaka
ConversionConversion EmoticonEmoticon